Kebudayaan Batak

Suku bangsa Batak adalah salah satu suku bangsa di Indonesia yang
mendiami provinsi Sumatra Utara, tepatnya di wilayah Kangkat Hulu, Deli Hulu,
Daratan Tinggi Karo, Serdang Hulu, Toba, Simalungun, Tapanuli Tengah, dan
Mandailing.
Asal Mula Suku Bangsa Batak
Tidak ada bukti kuat mengenai sejak kapan nenek moyang orang Batak mendiami wilayah Sumatra. Akan tetapi penelitian antropologi menunjukkan bahwa bahasa dan bukti-bukti arkeologis yang ada membuktikan hijrahnya penutur bahasa Austronesia dari Taiwan ke Indonesia dan Filipina. Ini terjadi sekitar 2.500 tahun silam. Bisa jadi mereka adalah nenek moyang suku bangsa Batak.
Tidak adanya artefak zaman Neolitikum yang ditemukan di wilayah suku Batak membuat para peneliti menyimpulkan bahwa nenek moyang suku Batak baru hijrah ke Sumatra Utara pada zaman logam. Selain itu, pedagang-pedagang internasional dari India mulai mendirikan kota dagang di Sumatra Utara pada abad ke-6.
Tidak ada bukti kuat mengenai sejak kapan nenek moyang orang Batak mendiami wilayah Sumatra. Akan tetapi penelitian antropologi menunjukkan bahwa bahasa dan bukti-bukti arkeologis yang ada membuktikan hijrahnya penutur bahasa Austronesia dari Taiwan ke Indonesia dan Filipina. Ini terjadi sekitar 2.500 tahun silam. Bisa jadi mereka adalah nenek moyang suku bangsa Batak.
Tidak adanya artefak zaman Neolitikum yang ditemukan di wilayah suku Batak membuat para peneliti menyimpulkan bahwa nenek moyang suku Batak baru hijrah ke Sumatra Utara pada zaman logam. Selain itu, pedagang-pedagang internasional dari India mulai mendirikan kota dagang di Sumatra Utara pada abad ke-6.
Suku
bangsa Batak terbagi menjadi 6 jenis, yakni suku Batak Toba,
suku Batak Karo, suku Batak
Pakpak, suku Batak Simalungun, suku Batak Angkola, dan suku Batak Mandailing. Keenam suku
Batak tersebut memiliki ciri khas budaya yang berbeda-beda. Namun pada
prinsipnya akar budaya mereka sama, yakni budaya Batak.
Disini saya akan membahas 3
kebudayaan dari suku Batak tersebut
1.BATAK PAKPAK
Suku
Pakpak adalah salah satu suku bangsa yang terdapat di pulau
Sumatra Indonesia dan tersebar di beberapa kabupaten/kota
di Sumatra Utara dan Aceh, yakni di kabupaten Dairi, kabupaten
Pakpak Bharat, kabupaten Humbang Hasundutan (Sumatra Utara)
dan kabupaten Aceh Singkil serta kota Sabulusalam (provinsi
Aceh).
Suku
Pakpak yang berada di Sumatra Utara terpusat di dataran tinggi Sumatra Utara,
tepatnya di kabupaten Dairi beribukota Sidikalang dan kabupaten Pakpak Bharat
beribukota Salak. Selain itu juga tersebar di beberapa kabupaten lain dan di
kabupaten Singkil provinsi Aceh. Bagi masyarakat Pakpak untuk menyebut wilayah
Pakpak, biasanya dengan sebutan "Tanoh Pakpak"
I.Asal Usul
Belum ada penelitian yang menjelaskan secara pasti tentang asal usul orang Pakpak. Tapi ada beberapa versi yang coba menjelaskan tentang asal usul orang Pakpak, walaupun masih berbau spekulasi. Salah satunya adalah mengatakan bahwa orang Pakpak berasal dari India, ketika pedagang-pedagang dari India mendarat di pantai Barus dan daerah pantai Singkil, yang masuk ke pedalaman sepanjang daerah Pakkat sampai ke Singkil dan beranak pinak menjadi orang Pakpak. Alasannya adalah bahwa adanya kebiasaan tradisional orang Pakpak dalam pembakaran tulang-belulang nenek moyang dan Barus sebagai daerah pantai dan pusat perdagangan berbatasan langsung dengan Tanoh Pakpak.
Versi lain, mengatakan bahwa orang Pakpak berasal dari orang Batak Toba yang merantau ke Tanoh Pakpak. Alasannya karena banyaknya kesamaan struktur sosial dan kemiripan marga-marga antara orang Pakpak dengan orang Batak Toba.
Belum ada penelitian yang menjelaskan secara pasti tentang asal usul orang Pakpak. Tapi ada beberapa versi yang coba menjelaskan tentang asal usul orang Pakpak, walaupun masih berbau spekulasi. Salah satunya adalah mengatakan bahwa orang Pakpak berasal dari India, ketika pedagang-pedagang dari India mendarat di pantai Barus dan daerah pantai Singkil, yang masuk ke pedalaman sepanjang daerah Pakkat sampai ke Singkil dan beranak pinak menjadi orang Pakpak. Alasannya adalah bahwa adanya kebiasaan tradisional orang Pakpak dalam pembakaran tulang-belulang nenek moyang dan Barus sebagai daerah pantai dan pusat perdagangan berbatasan langsung dengan Tanoh Pakpak.
Versi lain, mengatakan bahwa orang Pakpak berasal dari orang Batak Toba yang merantau ke Tanoh Pakpak. Alasannya karena banyaknya kesamaan struktur sosial dan kemiripan marga-marga antara orang Pakpak dengan orang Batak Toba.
II.Tradisi Upacara Adat
Kerja Njahat (Upacara Dukacita)
Misalnya Upacara Kematian (males bulung simbernaik, males bulung buluh, males bulung sampula), Upacara Mengankat Tulang Belulang (mengokal tulan) dan Upacara Membakar Tulang Belulang (menutung tulan).
Kerja Njahat (Upacara Dukacita)
Misalnya Upacara Kematian (males bulung simbernaik, males bulung buluh, males bulung sampula), Upacara Mengankat Tulang Belulang (mengokal tulan) dan Upacara Membakar Tulang Belulang (menutung tulan).
Kerja Baik (Upacara Sukacita)
Misalnya Upacara Kehamilan (memerre nakan pagit), Upacara Kelahiran (mangan balbal dan mengakeni), Upacara Masa Anak-Anak (mengebat, mergosting), Upacara Masa Remaja (mertakil/sunat, pendidien/baptis, meluah/naik sidi), Upacara Masa Dewasa, Upacara Perkawinan (merbayo) dan Upacara Memberi Makan Orang Tua (menerbeb).
Misalnya Upacara Kehamilan (memerre nakan pagit), Upacara Kelahiran (mangan balbal dan mengakeni), Upacara Masa Anak-Anak (mengebat, mergosting), Upacara Masa Remaja (mertakil/sunat, pendidien/baptis, meluah/naik sidi), Upacara Masa Dewasa, Upacara Perkawinan (merbayo) dan Upacara Memberi Makan Orang Tua (menerbeb).
Upacara-Upacara Lain
Misalnya Upacara Mendegger Uruk, Upacara Merintis Lahan (menoto), Upacara Memepuh Babah/Merkottas, Upacara Pembakaran Lahan (menghabani), Upacara Menjelang Penanaman Padi (menanda tahun), Upacara Mengusir Hama (mengkuda-kudai), Upacara Syukuran Panen (memerre kembaen).
Bentuk perkawinan dalam masyarakat Pakpak
Sitari-tari (Merbayo atau Sinima-nima), merupakan bentuk yang dianggap paling baik atau ideal karena hak dan kewajiban pengantin laki-laki dan perempuan telah terpenuhi.
Dalam merbayo (Upacara Perkawinan) dikenal beberapa tahapan, yaitu:
- Mengirit/ Mengindangi (Meminang)
- Mersiberen Tanda Burju (Tukar Cincin)
- Mengkata Utang (Menentukan Mas Kawin)
- Merbayo (Pesta Peresmian)
- Balik Ulbas
Misalnya Upacara Mendegger Uruk, Upacara Merintis Lahan (menoto), Upacara Memepuh Babah/Merkottas, Upacara Pembakaran Lahan (menghabani), Upacara Menjelang Penanaman Padi (menanda tahun), Upacara Mengusir Hama (mengkuda-kudai), Upacara Syukuran Panen (memerre kembaen).
Bentuk perkawinan dalam masyarakat Pakpak
Sitari-tari (Merbayo atau Sinima-nima), merupakan bentuk yang dianggap paling baik atau ideal karena hak dan kewajiban pengantin laki-laki dan perempuan telah terpenuhi.
Dalam merbayo (Upacara Perkawinan) dikenal beberapa tahapan, yaitu:
- Mengirit/ Mengindangi (Meminang)
- Mersiberen Tanda Burju (Tukar Cincin)
- Mengkata Utang (Menentukan Mas Kawin)
- Merbayo (Pesta Peresmian)
- Balik Ulbas
Sohom-sohom, upacaranya sederhana dan dihadiri keluarga terdekat saja,
semua unsur adat terpenuhi tetapi secara ekonomi lebih kecil.
Menama, disini pihak keluarga perempuan tidak setuju, sehingga dicari
jalan lain dengan kawin lari, sehingga sebagai tanda rasa bersalah pengantin
cukup membawa makanan (nakan sada mbari) sebagai tanda minta maaf dan pada
suatu saat nanti mereka akan mengadati.
Mengrampas, artinya mengambil paksa isteri orang lain, sanksi untuk
laki-laki adalah membayar mas kawin yang tidak mempunyai batasan.
Mencukung, hampir sama dengan mengrampas.
Mengeke, mengawini janda dari abang atau adik laki-laki.
Mengalih, seorang laki-laki mengawini janda baik bekas istri abang atau
adiknya maupun istri orang lain.

Pakaian adat masyarakat Pakpak cenderung berwarna hitam. Untuk laki-laki (daholi) adalah baju lengan panjang dengan kerah mirip kerah Mandarin kemudian ada garis warna merah pada ujung tangan, pada daerah kancing baju, dan pada daerah lain sebagai tambahan. Untuk penutup kepala dipakai oles (kain adat) yang mempunyai rambu (rumbai) berwarna merah atau kuning yang dibentuk seperti peci dengan rambu kearah samping depan. Celana warna hitam dengan ukuran ¾ dipakai dengan mandar (sarung) sebagai penutup celana. Biasanya laki-laki menempatkan golok (parang) di pinggang sebagai aksesoris tambahan.
Untuk perempuan memakai saong (penutup kepala) dengan bentuk “cudur” atau mengerecut ke bagian belakang. Posisi rambu olesnya berada di depan, bajunya juga berwarna hitam lengan panjang dengan hiasan payet berwarna kuning di depan, dibelakang dan dibagian ujung lengan. Untuk rok dipakai oles yang berwarna hitam dan ikat pinggang. Sebagai aksesoris tambahan pada tangan disematkan ucang-ucang (tas kecil) dan pada dada disematkan hiasan berwrna kuning keemasan.
IV.Rumah tradisional

V.Seni tari
Tari dalam Bahasa Pakpak disebut “Tatak” yang dalam Bahasa Toba disebut “Tortor” dan Bahasa Karo disebut “La‘ndek”. Tarian tradisional Pakpak sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, misalnya Tatak Memupu/ Menapu Kopi, Tatak Mendedah, Tatak Renggisa, Tatak Balang Cikua, Tatak Garo-Garo, Tatak Tirismo Lae Bangkuang, Tatak Mersulangat, Tatak Menerser Page, Tatak Muat Page, Tatak Adat, Tatak Mendedohi Takal-Takal, dan lain-lain. Selain itu, dikenal juga seni bela diri misalnya moccak dan tabbus.
VI.Seni musik
Seni alat musik misalnya Kalondang, Genderang, Gung Sada Rabaan, Kucapi, Sordam, Lobat, Kettuk, Gerantung, dan lain-lain.
Seni vokal diantaranya odong-odong dan nangen. Selain itu, seni vokal juga sudah semakin dikembangkan sekarang ini, diantaranya lagu paling dikenal yaitu Cikala le Pong Pong, Delleng Sitinjo, Lae Une, Nan Tampuk Mas, dan lain-lain.
VII.Makanan khas
Jenis-jenis makanan tradisional misalnya Pelleng (ada perbedaan dalam resep dan bentuk serta penyajian dari pelleng Pegagan dan Simsim) nasi yang dilumat dengan sendok dan berwarna kuning, Ginaru Ncor, Nditak (Tepung beras dicampur kelapa parut dan gula putih lalu dikepal dengan tangan), Pinahpah (padi muda yang dipipihkan), Ginustung, Sagun-Sagun (Tepung beras yang digongseng dengan gula pasir dan kelapa parut), Sambal Jeruk (durian yang diasamkan), Ikan Bingkis, dan lain-lain.
Tari dalam Bahasa Pakpak disebut “Tatak” yang dalam Bahasa Toba disebut “Tortor” dan Bahasa Karo disebut “La‘ndek”. Tarian tradisional Pakpak sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, misalnya Tatak Memupu/ Menapu Kopi, Tatak Mendedah, Tatak Renggisa, Tatak Balang Cikua, Tatak Garo-Garo, Tatak Tirismo Lae Bangkuang, Tatak Mersulangat, Tatak Menerser Page, Tatak Muat Page, Tatak Adat, Tatak Mendedohi Takal-Takal, dan lain-lain. Selain itu, dikenal juga seni bela diri misalnya moccak dan tabbus.
VI.Seni musik
Seni alat musik misalnya Kalondang, Genderang, Gung Sada Rabaan, Kucapi, Sordam, Lobat, Kettuk, Gerantung, dan lain-lain.
Seni vokal diantaranya odong-odong dan nangen. Selain itu, seni vokal juga sudah semakin dikembangkan sekarang ini, diantaranya lagu paling dikenal yaitu Cikala le Pong Pong, Delleng Sitinjo, Lae Une, Nan Tampuk Mas, dan lain-lain.
VII.Makanan khas
Jenis-jenis makanan tradisional misalnya Pelleng (ada perbedaan dalam resep dan bentuk serta penyajian dari pelleng Pegagan dan Simsim) nasi yang dilumat dengan sendok dan berwarna kuning, Ginaru Ncor, Nditak (Tepung beras dicampur kelapa parut dan gula putih lalu dikepal dengan tangan), Pinahpah (padi muda yang dipipihkan), Ginustung, Sagun-Sagun (Tepung beras yang digongseng dengan gula pasir dan kelapa parut), Sambal Jeruk (durian yang diasamkan), Ikan Bingkis, dan lain-lain.

Suku Pakpak terdiri atas 5 subsuku, dalam istilah
setempat sering disebut dengan istilah Pakpak Silima suak yang terdiri
dari :
1. Pakpak
Klasen (kabupaten Humbang Hasundutan dan Manduamas, Kabupaten Tapanuli
Tengah, Sumatra Utara)
2. Pakpak
Simsim (kabupaten Pakpak Bharat Sumatra Utara, ibukota Salak)
3. Pakpak
Boang (kabupaten Aceh-Singkil dan kota Sabulusalam-Aceh) propinsi Aceh
4. Pakpak
Pegagan (kabupaten Dairi Sumatra Utara, ibukota Sidikalang)
5. Pakpak
Keppas (kabupaten Dairi Sumatra Utara, ibukota Sidikalang)
2.
BATAK TOBA
Batak Toba adalah sub atau bagian
dari suku bangsa Batak yang wilayahnya meliputi Balige, Porsea, Parsoburan,
Laguboti, Ajibata, Uluan, Borbor, Lumban Julu, dan sekitarnya. Silindung,
Samosir, dan Humbang bukanlah Toba. Karena 4 (empat) sub atau bagian suku
bangsa Batak (Silindung_Samosir_Humbang_Toba) memiliki wilayah dan contoh marga
yang berbeda. Sonak Malela yang mempunyai 3 (tiga) orang putera dan menurunkan
4 (empat) marga, yaitu: Simangunsong, Marpaung, Napitupulu, dan Pardede, merupakan
dan [nairasaon] yang terdiri dari sitorus,sirait,butar-butar,manurung ini
merupakan beberapa marga dari batak toba.Marga atau nama keluarga adalah bagian
nama yang merupakan pertanda dari keluarga mana ia berasal Orang Batak selalu
memiliki nama marga/keluarga. Nama / marga ini diperoleh dari
garis keturunan ayah (patrilinear) yang selanjutnya akan diteruskan kepada keturunannya secara terus menerus.
garis keturunan ayah (patrilinear) yang selanjutnya akan diteruskan kepada keturunannya secara terus menerus.
I.Asal Usul
Diketahui kapan nenek moyang orang
Batak pertama kali bermukim di Tapanuli dan Sumatera Timur. Bahasa dan
bukti-bukti arkeologi menunjukkan bahwa orang yang berbahasa Austronesia dari
Taiwan telah berpindah ke wilayah Filipina dan Indonesia sekitar 2.500 tahun
lalu, yaitu di zaman batu muda (Neolitikum). Karena hingga sekarang belum ada artefak
Neolitikum(Zaman Batu Muda) yang ditemukan di wilayah Batak maka dapat diduga
bahwa nenek moyang Batak baru bermigrasi ke Sumatera Utara di zaman logam. Pada
abad ke-6, pedagang-pedagang Tamil asal India mendirikan kota dagang Barus, di
pesisir barat Sumatera Utara. Mereka berdagang kapur Barus yang diusahakan oleh
petani-petani di pedalaman. Kapur Barus dari tanah Batak bermutu tinggi
sehingga menjadi salah satu komoditas ekspor di samping kemenyan. Pada abad
ke-10, Barus diserang oleh Sriwijaya. Hal ini menyebabkan terusirnya
pedagang-pedagang Tamil dari pesisir Sumatera. Pada masa-masa berikutnya,
perdagangan kapur Barus mulai banyak dikuasai oleh pedagang Minangkabau yang
mendirikan koloni di pesisir barat dan timur Sumatera Utara. Koloni-koloni mereka
terbentang dari Barus, Sorkam, hingga Natal
II.Tradisi
Upacara Adat
1. Perkawinan
Proses perkawinan dalam
adat kebudayaan Batak-Toba menganut hukum eksogami (perkawinan di luar kelompok
suku tertentu). Ini terlihat dalam kenyataan bahwa dalam masyarakat Batak-Toba:
orang tidak mengambil isteri dari kalangan kelompok marga sendiri (namariboto), perempuan meninggalkan kelompoknya dan
pindah ke kelompok suami, dan bersifat patrilineal, dengan tujuan untuk
melestarikan galur suami di dalam garis lelaki. Hak tanah, milik, nama, dan
jabatan hanya dapat diwarisi oleh garis laki-laki.
.
2. Mamaholi
Mamoholi disebut
manomu-nomu yang maksudnya adalah menyambut kedatangan (kelahiran) bayi yang
dinanti-nantikan itu. Disamping itu juga dikenal istilah lain untuk tradisi ini
sebagai mamboan aek ni unte yang secara khusus digunakan
bagi kunjungan dari keluarga hula-hula/tulang.
3. Kematian
Dalam tradisi Batak, orang
yang mati akan mengalami perlakuan khusus, terangkum dalam sebuah upacara adat
kematian. Upacara adat kematian tersebut diklasifikasi berdasar usia dan status
si mati. Untuk yang mati ketika masih dalam kandungan (mate di bortian) belum mendapatkan perlakuan adat (langsung dikubur tanpa peti mati). Tetapi bila mati
ketika masih bayi (mate poso-poso), mati saat
anak-anak (mate dakdanak), mati saat remaja (mate bulung), dan mati saat sudah dewasa tapi belum
menikah (mate ponggol), keseluruhan kematian tersebut
mendapat perlakuan adat : mayatnya ditutupi selembar ulos (kain tenunan khas masyarakat Batak) sebelum
dikuburkan. Ulos penutup mayat untuk mate poso-poso berasal dari orang tuanya,
sedangkan untuk mate dakdanak dan mate bulung, ulos dari tulang (saudara laki-laki ibu) si orang mati.
4. Mangapuli
Kegiatan Mangapuli dalam adat batak adalah memberikan
penghiburan kepada keluarga yang sedang berduka cita. Hanya saja Mangapuli
tidak dilakukan secara asal-asal, semua ada prosedurnya dan prosedur ini erat
hubunganya dengan adat Batak Toba. Kita dan Pihak Keluarga datang membawa
makanan, minuman untuk dimakan bersama-sama di rumah duka. Keluarga yang
berduka sama sekali tidak direpotkan dengan makanan namun cukup menyediakan
piring-piring, dan air putih saja.
III.Pakaian
Tradisional
Pakaian tradisional Batak toba biasanya dpakaian ada tradisional batak toba bisanya memiliki ciri khas penggunaan Ulos,kain tenin tradisional dari suku batak. Busana Tradisional Batak ini kerap digunakan ketika menghadiri upacara atau ritual adat seperti pernikahan dan pesta. Meski demikian , Pakaian ada Batak Toba disuatu daerah lain juga berbeda.
Pakaian tradisional Batak toba biasanya dpakaian ada tradisional batak toba bisanya memiliki ciri khas penggunaan Ulos,kain tenin tradisional dari suku batak. Busana Tradisional Batak ini kerap digunakan ketika menghadiri upacara atau ritual adat seperti pernikahan dan pesta. Meski demikian , Pakaian ada Batak Toba disuatu daerah lain juga berbeda.

IV.Rumah
Tradisional
Seperti rumah
tradisional lain, rumah adat Batak merupakan mikrokosmos sebagai perlambangan
makrokosmos yang terbagi atas tiga bagian atau tritunggal banua, yakni banua
tongga (bawah bumi) untuk kaki rumah, banua tonga (dunia) untuk badan rumah,
banua ginjang (singa di langit) untuk atap rumah. 

V.Seni tari
Tari Tortor adalah tarian seremonial yang disajikan dengan musik gondang. Secara fisik tortor merupakan tarian, namun makna yang lebih dari gerakan-gerakannya menunjukkan tortor adalah sebuah media komunikasi, di mana melalui gerakan yang disajikan terjadi interaksi antara partisipan upacara.
Tari Tortor adalah tarian seremonial yang disajikan dengan musik gondang. Secara fisik tortor merupakan tarian, namun makna yang lebih dari gerakan-gerakannya menunjukkan tortor adalah sebuah media komunikasi, di mana melalui gerakan yang disajikan terjadi interaksi antara partisipan upacara.
Tortor
dan musik gondang ibarat koin yang tidak bisa dipisahkan. Sebelum acara
dilakukan terbuka terlebih dahulu tuan rumah (Hasuhutan) melakukan acara
khusus yang dinamakan Tua ni
Gondang, sehingga berkat dari gondang
sabangunan
VI.Seni musik
Gordang adalah salah satu alat musik Batak Toba, yaitu satu buah gendang yang lebih besar dari taganing yang berperan sebagai pembawa ritem konstan mau pun ritem variable.
Gordang adalah salah satu alat musik Batak Toba, yaitu satu buah gendang yang lebih besar dari taganing yang berperan sebagai pembawa ritem konstan mau pun ritem variable.

VII.Makanan khas

Untuk mengerjakan resep yang
satu ini agak sedikit rumit, butuh waktu dan kesabaran. Pastinya inti dari
masakan ini adalah di saos darah ayam itu sendiri.
Masak Ayam Napinadar ini,
ayamnya harus dipanggang terlebih dahulu, setelah itu lalu disiram dengan saos
spesial yakni darah ayam (manuk) itu sendiri, dan dicampur denganandaliman, bawang
putih bubuk
(yang sudah digiling sampai halus) lalu dimasak. Sama seperti kita menuangkan
saos ke atas ayam yang sudah dipanggang.
3.BATAK
KARO
Suku Karo adalah salah suku bangsa yang mendiami Dataran Tinggi Karo, Sumatera Utara, Indonesia. Suku ini merupakan
salah satu suku terbesar dalam Sumatera Utara. Nama suku ini dijadikan salah
satu nama Kabupaten di salah satu wilayah yang mereka diami (dataran tinggi
Karo) yaitu Tanah Karo. Suku ini memiliki
bahasa sendiri yang disebut Bahasa Karo atau Cakap Karo. Pakaian adat suku Karo
didominasi dengan warna merah serta hitam dan penuh dengan perhiasan emas.
Karo dianggap sebagai bagian dari suku kekerabatan
Batak, seperti kekerabatan Batak Toba, Batak Mandailing, Batak Simalungun, Batak
Pak-Pak atau Dairi, dan Batak Karo. Namun kebanyakan masyarakat suku Karo
menggap bahwa mereka bukanlah bagian dari kekerabatan Batak tersebut, tetapi
Karo adalah suku yang berdiri sendiri.
I.Asal
Usul
KARO
adalah Salah satu suku di indonesia. Karo sering disebut Merga Silima,Rakut
Titelu,Tutur Siwaluh,Perkaden-kaden Sepuluh Dua Tambah Sada.
Karo ini dijadikan salah satu nama Kabupaten di salah satu wilayah yang mereka diami yaitu Kabupaten Karo. Suku ini memiliki bahasa sendiri yang disebut Cakap Karo (Bahasa Karo).
Karo atau suku Karo berasal dari Kerajaan Aru-Haro-Karo yang tumbuh dan berkembang bersamaan waktunya dengan kerajaan-kerajaan yang ada di indonesia.suku karo memiliki banyak sejarahnya yang bisa kita temukan dari Sejarah Kerajaan sampai Sejarah Kemerdekan.
Karo ini dijadikan salah satu nama Kabupaten di salah satu wilayah yang mereka diami yaitu Kabupaten Karo. Suku ini memiliki bahasa sendiri yang disebut Cakap Karo (Bahasa Karo).
Karo atau suku Karo berasal dari Kerajaan Aru-Haro-Karo yang tumbuh dan berkembang bersamaan waktunya dengan kerajaan-kerajaan yang ada di indonesia.suku karo memiliki banyak sejarahnya yang bisa kita temukan dari Sejarah Kerajaan sampai Sejarah Kemerdekan.
II.Tradisi Upacara Adat
Merdang merdem =
"kerja tahun" yang disertai "Gendang guro-guro aron".
Mahpah =
"kerja tahun" yang disertai "Gendang guro-guro aron".
Mengket
Rumah Mbaru = Pesta memasuki rumah (adat - ibadat)
baru.
Mbesur-mbesuri - "Ngerires" - membuat lemang waktu padi
mulai bunting.
Ndilo Udan - memanggil hujan.
Rebu-rebu - mirip pesta "kerja tahun".
Ngumbung - hari jeda "aron" (kumpulan pekerja di
desa).
Erpangir Ku Lau - penyucian diri (untuk membuang sial).
Raleng Tendi - "Ngicik Tendi" = memanggil jiwa setelah
seseorang kurang tenang karena terkejut secara suatu kejadian yang tidak disangka-sangka.
Motong Rambai - Pesta kecil keluarga - handai taulan untuk
memanggkas habis rambut bayi (balita) yang terjalin dan tidak rapi.
Ngaloken Cincin Upah Tendi - Upacara keluarga
pemberian cincin permintaan dari keponakan (dari Mama ke Bere-bere atau dari
Bibi ke Permain).
Ngaloken
Rawit -
Upacara keluarga pemberian pisau (tumbuk
lada)
atau belati atau celurit kecil yang berupa permintaan dari keponakan (dari Mama
ke Bere-bere) - keponakan laki-laki.
III.Pakaian Tradisional
Uis Gara atau Uis Adat Karo adalah pakaian adat yang digunakan dalam
kegiatan adat dan budaya Suku Karo dari Sumatera Utara.
Selain digunakan sebagai pakaian resmi dalam kegiatan adat dan budaya, pakaian
ini sebelumnya digunakan pula dalam kehidupan sehari-hari masyarakat
tradisional Karo.
Kata Uis Gara sendiri
berasal dari Bahasa Karo,
yaitu Uis yang berarti kain dan Gara yang
berarti merah. Disebut sebagai "kain merah" karena pada uis gara
warna yang dominan adalah merah, hitam, dan putih, serta dihiasi pula berbagai
ragam tenunan dari benang emas dan perak.

IV.Rumah
Tradisional
Siwaluh
Jabu, Rumah Adat Suku Karo
Pada masyarakat Karo terdapat suatu rumah yang
dihuni oleh beberapa keluarga, yang penempatan jabu-nya didalam rumah tersebut
diatur menurut ketentuan adat dan didalam rumah itu pun berlaku ketentuan adat,
itulah yang disebut dengan rumah adat Karo. Rumah adat Karo ini berbeda dengan
rumah adat suku lainnya dan kekhasan itulah yang mencirikan rumah adat Karo.
Bentuknya sangat megah diberi tanduk. Proses pendirian sampai kehidupan dalam
rumah adat itu diatur oleh adat Karo, dan karena itulah disebut rumah adat.
V.Seni tari
![]() |
Tari Lima Serangkai
|
Secara umum, tari pada masyarakat Karo
disebut “Landek”. Dalam budaya Karo, penyajian Landek sangat kontekstual.
Dengan kata lain, keberadaan Landek ditentukan dengan konteks penyajiannya.
Selain itu setiap gerakan-gerakan dalam Landek dalam masyarakat Karo juga
berhubungan dengan perlambangan-perlambangan dan makna-makna tertentu.
VI.Seni musik
Gendang karo atau gendang lima si dalinen terdiri dari lima perangkat alat musik tabuh (perkusi) yang dimainkan oleh lima orang pemusik. Kelima perangkat tersebut adalah satu penaruné, dua penggual, dan dua si malu gong. Gendang Lima sedalanen disebut karena ensambel musik tersebut terdiri dari lima instrumen musik, yaitu Sarune (aerofon), gendang indung (membranofon), gendang anak (mebranofon, gung, dan penganak. Namun biasa juga disebut dengan gendang lima sedalanen, ranggutna sepulu dua, yaitu angka dua belas untuk hitung-hitungan perangkat yang dipergunakan seluruhnya, termasuk stik atau alat memukul instrumen musik tersebut.
Gendang karo atau gendang lima si dalinen terdiri dari lima perangkat alat musik tabuh (perkusi) yang dimainkan oleh lima orang pemusik. Kelima perangkat tersebut adalah satu penaruné, dua penggual, dan dua si malu gong. Gendang Lima sedalanen disebut karena ensambel musik tersebut terdiri dari lima instrumen musik, yaitu Sarune (aerofon), gendang indung (membranofon), gendang anak (mebranofon, gung, dan penganak. Namun biasa juga disebut dengan gendang lima sedalanen, ranggutna sepulu dua, yaitu angka dua belas untuk hitung-hitungan perangkat yang dipergunakan seluruhnya, termasuk stik atau alat memukul instrumen musik tersebut.
VII.Makanan khas

Kue Khas Suku Karo ini biasa di sajikan bila ada pesta-pesta, baik itu pesta pertemuan keluarga (Perpulungen), sampai pesta adat yang besar seperti perkawinan atau kerja tahun(Merdang merdem). sehingga Cimpa ini bisa disebut juga kue yang bisa kita dapat dan nikmati kala ada pesta, perpulungan, atau acara besar lainya, maka bisa dikatakan Cimpa merupakan salah satu simbol dari kekhasan makan Karo
KAITAN ANTARA MANUSIA DAN KEBUDAYAAN
Secara bahasa, manusia berasal
dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti berfikir, berakal
budi atau makhluk yang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain). Sedangkan
secara umum pengertian kebudayaan merupakan jalan atau arah didalam bertindak
dan berfikir untuk memenuhi kebutuhan hidup baik jasmani maupun rohani.
Manusia dan kebudayaan pada
hakekatnya memiliki hubungan yang sangat erat, dan hampir semua tindakan dari
seorang manusia itu adalah merupakan kebudayaan. Manusia mempunyai empat
kedudukan terhadap kebudayaan yaitu sebagai:
·
Penganut kebudayaan,
·
Pembawa kebudayaan,
·
Manipulator kebudayaan, dan
·
Pencipta kebudayaan.
Manusia dan kebudayaan merupakan
salah satu ikatan yang tak bisa dipisahkan dalam kehidupan ini. Manusia sebagai
makhluk Tuhan yang paling sempurna menciptakan kebudayaan mereka sendiri dan
melestarikannya secara turun menurun. Budaya tercipta dari kegiatan sehari hari
dan juga dari kejadian – kejadian yang sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa.
Kebudayaan berasal dari kata
budaya yang berarti hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Definisi Kebudyaan itu sendiri adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat
pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran
manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Namun kebudayaan juga dapat kita nikmati dengan panca indera kita. Lagu, tari,
dan bahasa merupakan salah satu bentuk kebudayaan yang dapat kita rasakan.
Secara sederhana hubungan antara
manusia dengan kebudayaan ketika manusia sebagai perilaku kebudayaan,dan
kebudayaan tersebut merupakan objek yang dilaksanakan sehari-hari oleh manusia
Di dunia sosiologi manusia dengan kebudayaan dinilai sebagai dwitunggal,maksudnya
walaupun keduanya berbeda tetapi merupakan satu kesatuan yang butuh,ketika
manusia menciptakan kebudayaan,dan kebudayaan itu tercipta oleh manusia.
Disamping itu, kebudayaan manusia
itu menciptakan suatu keindahan yang biasa kita sebut dengan suatu seni.
Keindahan atau seni dibutuhkan oleh setiap manusia agar kehidupan yang
dijalaninya menjadi lebih indah.
Manusia dan keindahan atau seni
memang tidak bisa dipisahkan sehingga diperlukan pelestarian bentuk keindahan
yang dituangkan dalam berbagai bentuk kesenian (seni rupa, seni suara maupun
seni pertunjukan) yang nantinya menjadi bagian dari kebudayaannya yang dapat
dibanggakan.
Sebuah kebudayaan besar biasanya
memiliki sub-kebudayaan (atau biasa disebut sub-kultur), yaitu sebuah kebudayaan
yang memiliki sedikit perbedaan dalam hal perilaku dan kepercayaan dari
kebudayaan induknya. Munculnya sub-kultur disebabkan oleh beberapa hal,
diantaranya karena perbedaan umur, ras, etnisitas, kelas, aesthetik, agama,
pekerjaan, pandangan politik dan gender.
·
Contoh-Contoh Hubungan Antara
Manusia dengan Kebudayaan
1) Kebudayaan-kebudayaan
khusus atas dasar faktor kedaerahan
Contoh: Adat-istiadat melamar di Lampung dan Minangkabau. Di
Minangkabau biasanya pihak permpuan yang melamar sedangkan di Lampung, pihak
laki-laki yang melamar.
2) Cara hidup di kota dan di
desa yang berbeda ( urban dan rural ways of life)
Contoh: Perbedaan anak yang dibesarkan di kota dengan seorang
anak yang dibesarkan di desa. Anak kota bersikap lebih terbuka dan berani untuk
menonjolkan diri di antara teman-temannya sedangkan seorang anak desa lebih
mempunyai sikap percaya pada diri sendiri dan sikap menilai ( sense of value )
3) Kebudayaan-kebudayaan
khusus kelas sosial
Di masyarakat dapat dijumpai lapisan sosial yang kita kenal, ada
lapisan sosial tinggi, rendah dan menengah. Misalnya cara berpakaian, etiket,
pergaulan, bahasa sehari-hari dan cara mengisi waktu senggang. Masing-masing
kelas mempunyai kebudayaan yang tidak sama, menghasilkan kepribadian yang
tersendiri pula pada setiap individu.
4) Kebudayaan khusus atas
dasar agama
Adanya berbagai masalah di dalam satu agama pun melahirkan
kepribadian yang berbeda-beda di kalangan umatnya.
5) Kebudayaan
berdasarkan profesi
Misalnya: kepribadian seorang dokter berbeda dengan kepribadian seorang pengacara dan itu semua berpengaruh pada suasana kekeluargaan dan cara mereka bergaul. Contoh lain seorang militer mempunyai kepribadian yang sangat erat hubungan dengan tugas-tugasnya. Keluarganya juga sudah biasa berpindah tempat tinggal.
Misalnya: kepribadian seorang dokter berbeda dengan kepribadian seorang pengacara dan itu semua berpengaruh pada suasana kekeluargaan dan cara mereka bergaul. Contoh lain seorang militer mempunyai kepribadian yang sangat erat hubungan dengan tugas-tugasnya. Keluarganya juga sudah biasa berpindah tempat tinggal.
Dalani sosiologi manusia dan
kebudayaan dinilai sebagai dwitunggal, maksudnya bahwa walaupun keduanya
berbeda tetapi keduanya merupakan satu kesatuan. Manusia menciptakan
kebudayaan, clan setclah kebudayaan itu tercipta maka kebudayaan mengatur hidup
manusia agar sesuai dcngannya. Tampak baliwa keduanya akhimya merupakan satu
kesatuan. Contoh sederhana yang dapat kita lihat adalah hubungan antara
manusia dengan peraturan – peraturan kemasyarakatan.
Pada saat awalnya peraturan itu
dibuat oleh manusia, setelah peraturan itu jadi maka manusia yang membuatnya
hams patuh kepada peraturan yang dibuatnya sendiri itu. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa manusia tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan, karena
kebudayaan itu merupakan perwujudan dari manusia itu sendiri. Apa yang tercakup
dalam satu kebudayaan tidak akan jauh menyimpang dari kemauan manusia yang
membuatnya.
Dari sisi lain, hubungan antara
manusia dan kebudayaan ini dapat dipandang setara dengan hubungan antara
manusia dengan masyarakat dinyatakan sebagai dialektis, maksudnya saling
terkait satu sama lain. Proses dialektis ini tercipta melalui tiga tahap yaitu
:
1. Ekstemalisasi, yaitu proses dimana manusia mengekspresikan
dirinya dengan membangun dunianya. Melalui ekstemalisasi ini masyarakat menjadi
kenyataan buatan manusia
2. Obyektivasi, yaitu proses dimana masyarakat menjadi realitas
obyektif, yaitu suatu kenyataan yang terpisah dari manusia dan berhadapan
dengan manusia. Dengan demikian masyarakat dengan segala pranata sosialnya akan
mempengaruhi bahkan membentuk perilaku manusia.
3. Intemalisasi, yaitu proses dimana masyarakat disergap kembali
oleh manusia. Maksudnya bahwa manusia mempelajari kembali masyarakamya sendiri
agar dia dapat hidup dengan .baik, sehingga manusia menjadi kenyataan yang
dibentuk oleh masyarakat.
Apabila manusia melupakan bahwa masyarakat adalah ciptaan
manusia, dia akan menjadi terasing atau tealinasi (Berger, dalam terjemahan
M.Sastrapratedja, 1991; hal : xv)
Manusia dan kebudayaan, atau manusia dan masyarakat, oleh karena itu mempunyai hubungan keterkaitan yang erat satu sama lain. Pada kondisi sekarang ini kita tidak dapat lagi membedakan mana yang lebih awal muncul manusia atau kebudayaan. Analisa terhadap keberadaan keduanya hams menyertakan pembatasan masalah dan waktu agar penganalisaan dapat dilakukan dengan lebih cermat.
Manusia dan kebudayaan, atau manusia dan masyarakat, oleh karena itu mempunyai hubungan keterkaitan yang erat satu sama lain. Pada kondisi sekarang ini kita tidak dapat lagi membedakan mana yang lebih awal muncul manusia atau kebudayaan. Analisa terhadap keberadaan keduanya hams menyertakan pembatasan masalah dan waktu agar penganalisaan dapat dilakukan dengan lebih cermat.
Sumber :